JAKARTA - Sudah menjadi rahasia umum, saat ini Indonesia menjadi negara net importir minyak. Indonesia melakukan impor minyak untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri yang melampaui produksi nasional saat ini sekira 826.000 barel per hari (bph).
Banyak yang memprediksi, Indonesia tidak akan lepas dari stigma tersebut dan akan terus-terusan bergantung dengan impor minyak sehingga menjadi negara importir minyak terbesar di Asia Pasifik pada tahun 2025.
Padahal, sebelumnya Indonesia pernah menjadi negara yang bergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), yakni kumpulan negara pengekspor minyak.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Bidang Perdagangan dan Kerjasama Ekonomi Internasional Kadin, Chris Kanter menilai hal itu bisa saja terjadi menimpa Indonesia.
"Itu bisa saja terjadi kalau kita tidak membereskan proses dalam pembuatan kilang-kilang minyak," ucap Chris saat ditemui di Hotel Intercontinental Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Namun. Chris mempercayai langkah pemerintah yang terus menggenjot produksi dalam negeri dan mengembangkan beberapa energi baru pengganti energi fosil (minyak) akan menuai hasil.
"Kita tunggu saja, itu kebijakan pemerintah," paparnya.
Sebelumnya, Pengamat Perbankan Ryan Kiryanto mengatakan, Indonesia tidak akan lepas dengan impor BBM.
"Tapi sayangnya impor BBM masih tinggi karena jumlah kendaraan roda dua dan empat bertambah. Impor BBM tidak bisa ditahan. Cuma yang bisa ditahan adalah impor non migas," pungkasnya. (rzk)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.
Sumber: Okezone